KETERKAITAN
HAMA (SERANGGA) DENGAN LINGKUNGAN
(Tugas
Dasar Dasar Perlindungan Tanaman)
Oleh
Kelompok
3
1. Ade Satria Mulya Atmaja 1114131001
2. Ayu Prasetyowati 1114131017
3. Graha Abadi Pasyaman 1114131051
4. Julian Tika 1114131063
5. M. Rizky Adityas 1114131067
6. Novita Niar Sari Filly 1114131085
7. Rachmat Kautshar Putra 1114131091
8. Silvia Medita Sari 1114131109
9. Sonya Liza Anggraini 1114131111
10. Yefrika Adila Syanur 1114131127
JURUSAN
AGRIBISNIS
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2012
Hama tanaman ialah semua
binatang yang dalam aktivitas hidupnya biasa merusak tanaman atau merusak
hasilnya dan menurunkan kwantitas maupun kwalitas,sehingga menimbulkan
kerugian ekonomis bagi manusia.Diantara binatang yang dapat merupakan hama
bagi tanaman diantaranya adalah seranga yang mempunyai daerah atau
tempat huni yang hampir tiada batasnya(cosmopolitan)
dan yang paling banyak jenisnya. Dari semua jenis binatang yang ada,keseluruhannya
berjumlah 957000 jenis, sebanyak 72% atau 686000 jenis termasuk kelas serangga. Masalah hama
berkaitan dengan masalah populasi. Pengetahuan tentang dasar-dasar biologi menunjukkan bahwa
herbivora, jasad pemakan tumbuhan, merupakan suatu kumpulan trofi yang memang
bertugas mengatur populasi tumbuhan (atau secara metabolis, herbivora adalah
jasad yang hanya mampu memanfaatkan energi yang telah diolah, atau jasad
heterotrof). Herbivora ini disebut hama atau jasad pengganggu (OPT, Organisme
Pengganggu Tanaman) karena memakan tumbuhan yang diusahakan baik secara ekonomis
maupun subsisten, oleh manusia. Hubungan antara jasad herbivora yang
terdiri atas individu akan berkumpul membentuk populasi dan bersama-sama
melakukan "serangan" (dilihat dari sisi jasad herbivora) sehingga
mengakibatkan "kerusakan" (dilihat dari sisi tumbuhan) dan
menimbulkan "kerugian ekonomi" (dilihat dari sisi kepentingan
penanam/manusia. Hubungan tersebut kemudian
juga menekankan pentingnya "jumlah anggota populasi" sebagai tolok
ukur kerugian (atau kemungkinan kerugian) yang terjadi. Fluktuasi populasi dari waktu ke
waktu disebut dinamika populasi.
A.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kehidupan Serangga
Faktor
Dalam; yang meliputi kemampuan berkembang biak, perbandingan jenis
kelamin, sifat mempertahankan diri, daur
hidup, dan umur imago.
Faktor
Luar; yang meliputi faktor fisis lingkungan, makanan, faktor hayati(musuh
alami)
Tinggi rendahnya populasi ditentukan oleh: hama itu
sendiri(faktor dalam) dan keadaan lingkungan (faktor luar).
1. Faktor Dalam
Faktor dalam yang mempengaruhi daya
tahan serangga untuk dapat tetap hidup dan berkembang biak antara lain adalah :
a. Kemampuan Berkembang Biak
Kemampuan berkembang biak suatu
jenis serangga dipengaruhi oleh kecepatan berkembang biak, keperidian dan
fekunditas (Natawigena, 1990). Keperidian (natalitas) adalah besarnya kemampuan
jenis serangga untuk melahirkan keturunan baru. Serangga umumnya memiliki
keperidian yang cukup tinggi . Semakin kecil ukuran serangga, biasanya semakin
besar keperidiannya. Sedangkan fekunditas (kesuburan) adalah kemampuan yang
dimiliki oleh seekor betina untuk memproduksi telur. Lebih banyak jumlah telur
yang dihasilkan, maka lebih tinggi kemampuan berkembang biaknya. Kecepatan
berkembang biak dari sejak terjadinya telur sampai menjadi dewasa yang siap
berkembang biak, tergantung dari lamanya siklus hidup serangga. Serangga yang
memiliki siklus hidupnya pendek, akan memiliki frekuensi bertelur yang lebih
tinggi atau lebih sering dibandingkan dengan serangga lainnya yang memiliki
siklus hidup lebih lama (Natawigena, 1990).
b. Perbandingan Jenis Kelamin
Perbandingan jenis kelamin antara jumlah serangga
jantan dan betina yang diturunkan serangga betina kadang-kadang berbeda,
misalnya antara jenis betina dan jenis jantan dari keturunan penggerek
batang (Tryporyza) adalah dua berbanding satu, lebih banyak jenis
betinanya. Suatu perbandingan yang menunjukkan jumlah betina lebih besar dari
jumlah jantan, diharapkan akan meghasilkan populasi keturunan berikutnya yang
lebih besar, bila dibandingkan dengan suatu populasi yang memiliki perbandingan
yang menunjukkan jumlah jantan yang lebih besar dari pada jumlah betina.
Perbedaan jenis kelamin ini dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, diantaranya keadaan musim dan kepadatan populasi. Seandainya populasinya menjadi lebih padat, maka akan lahir jenis betina-betina yang bersayap, sehingga dapat menyebar dan berkembang biak di tempat-tempat yang baru. Pada musim panas, telur-telur betina hasil pembiakan secara parthenogenesis akan menghasilkan individu-individu jenis jantan maupun jenis betina, yang selanjutnya menghasilkan telur-telur yang dibuahi (Natawigana, 1990).
Perbedaan jenis kelamin ini dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, diantaranya keadaan musim dan kepadatan populasi. Seandainya populasinya menjadi lebih padat, maka akan lahir jenis betina-betina yang bersayap, sehingga dapat menyebar dan berkembang biak di tempat-tempat yang baru. Pada musim panas, telur-telur betina hasil pembiakan secara parthenogenesis akan menghasilkan individu-individu jenis jantan maupun jenis betina, yang selanjutnya menghasilkan telur-telur yang dibuahi (Natawigana, 1990).
c. Sifat Mempertahankan Diri
Untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya, serangga memiliki alat atau kemampuan untuk melindungi diri dari
serangan musuhnya. Misalnya ulat melindungi diri dengan bulu atau selubungnya.
Bebarapa spesies serangga dapat mengeluarkan racun atau bau untuk menghindari
serangga musuhnya, atau memiliki alat penusuk untuk membunuh lawan atau
mangsanya. Kebanyakan serangga akan berusaha menghindar atau meloloskan diri
bila terganggu atau diserang musuhnya dengan cara terbang, lari, meloncat,
berenang atau menyelam.
Beberapa perlindungan serangga untuk melawan musuhnya adalah : a) Kamuflase (penyamaran), digunakan serangga berbaur pada lingkungan mereka agar terhindar dari pendeteksian pemangsa, seperti menyerupai ranting atau daun tanaman, b) Taktik menakuti musuh, yaitu serangga tertentu mampu mengelabui musuh dengan cara meniru spesies serangga lain agar terhindar dari pemangsanya, yang dikenal dengan istilah serangga mimikri. Cara meniru serangga mimikri terhadap serangga lain, misalnya perilaku, ukuran tubuh, maupun bentuk pola warna, c) Pengeluaran senyawa kimia dan alat penusuk (penyengat) adalah kemampuan serangga mengeluarkan senyawa kimia beracun atau bau untuk menghindari serangan musuhnya. Terdapat alat penusuk pada serangga digunakan untuk menyengat atau membunuh lawan/ mangsanya. (Natawigena, 1990).
Beberapa perlindungan serangga untuk melawan musuhnya adalah : a) Kamuflase (penyamaran), digunakan serangga berbaur pada lingkungan mereka agar terhindar dari pendeteksian pemangsa, seperti menyerupai ranting atau daun tanaman, b) Taktik menakuti musuh, yaitu serangga tertentu mampu mengelabui musuh dengan cara meniru spesies serangga lain agar terhindar dari pemangsanya, yang dikenal dengan istilah serangga mimikri. Cara meniru serangga mimikri terhadap serangga lain, misalnya perilaku, ukuran tubuh, maupun bentuk pola warna, c) Pengeluaran senyawa kimia dan alat penusuk (penyengat) adalah kemampuan serangga mengeluarkan senyawa kimia beracun atau bau untuk menghindari serangan musuhnya. Terdapat alat penusuk pada serangga digunakan untuk menyengat atau membunuh lawan/ mangsanya. (Natawigena, 1990).
d. Daur Hidup
Daur hidup adalah waktu yang
dibutuhkan semenjak terjadinya telur sampai serangga menjadi dewasa yang siap
untuk berkembang biak. Daur hidup serangga umumnya pendek. Serangga yang
memiliki daur hidup yang pendek, akan memiliki frekwensi bertelur yang lebih
tinggi atau lebih sering, bila dibandingkan dengan serangga lainnya yang memiliki
daur hidup lebih lama (Natawigena, 1990).
e. Umur imago (Serangga Dewasa).
Pada umumnya imago dari seekor
serangga berumur pendek, misalnya ngengat (imago) Tryporyza innotata berumur
antara 4 – 14 hari. Umur imago yang lebih lama, misalnya kumbang betina Sitophilus
oryzae umurnya dapat mencapai antara 3 – 5 bulan, sehingga akan
mempunyai kesempatan untuk bertelur lebih sering (Natawigena, 1990).
2. Faktor Luar
Faktor luar yang dapat mempengaruhi
kehidupan serangga untuk bertahan hidup dan berkembang biak, yaitu :
1.1 Faktor Fisik
1.2 Faktor
Biotik
1.3 Faktor
Makanan
2.1 Faktor Fisik
a. Suhu / Temperatur
Setiap spesies serangga mempunyai
jangkauan suhu masing-masing dimana ia dapat hidup, dan pada umunya jangkauan
suhu yang efektif adalah suhu minimum. Serangga memiliki kisaran suhu tertentu
untuk kehidupannya. Diluar kisaran suhu tersebut serangga dapat mengalami
kematian. Efek ini terlihat pada proses fisiologis serangga, dimana pada suhu
tertentu aktivitas serangga tinggi dan akan berkurang (menurun) pada suhu yang
lain (Ross, et al., 1982;Krebs, 1985). Umumnya kisaran suhu yang efektif adalah
15ºC (suhu minimum), 25ºC suhu optimum dan 45ºC (suhu maksimum). Pada suhu yang
optimum kemampuan serangga untuk melahirkan keturunan besar dan kematian
(mortalitas) sebelum batas umur akan sedikit (Natawigena, 1990).
b. Kelembaban Hujan
Air merupakan kebutuhan yang mutlak diperlukan bagi
mahluk hidup termasuk serangga. Namun kebanyakan air, seperti banjir dan hujan
lebat merupakan bahaya bagi kehidupan beberapa jenis serangga, termasuk juga
berbagai jenis kupu-kupu yang sedang beterbangan, serta dapat menghanyutkan
larva yang baru menetas. (Natawigena, 1990).
Umumnya serangga memperoleh air melalui makanan yang mengandung air. Secara langsung biasanya serangga tidak terpengaruh oleh curah hujan normal, namun hujan yang lebat secara fisik akan menekan populasi serangga. Curah hujan juga memberikan efek secara tidak langsung terhadap kelembaban suatu lahan, , kelembaban di udara, dan tersedianya tanaman sebagai makanan serangga. Seperti halnya suhu, serangga membutuhkan kelembaban tertentu/sesuai bagi perkembangannya. Pada umumnya serangga membutuhkan kelembaban tinggi bagi tubuhnya yang dapat diperoleh langsung melalui udara dan tanaman yang mengandung air (Krebs, 1985).
Umumnya serangga memperoleh air melalui makanan yang mengandung air. Secara langsung biasanya serangga tidak terpengaruh oleh curah hujan normal, namun hujan yang lebat secara fisik akan menekan populasi serangga. Curah hujan juga memberikan efek secara tidak langsung terhadap kelembaban suatu lahan, , kelembaban di udara, dan tersedianya tanaman sebagai makanan serangga. Seperti halnya suhu, serangga membutuhkan kelembaban tertentu/sesuai bagi perkembangannya. Pada umumnya serangga membutuhkan kelembaban tinggi bagi tubuhnya yang dapat diperoleh langsung melalui udara dan tanaman yang mengandung air (Krebs, 1985).
c. Cahaya, Warna dan Bau
Cahaya adalah faktor ekologi yang
besar pengaruhnya bagi serangga, diantaranya lamanya hidup, cara bertelur, dan
berubahnya arah terbang. Banyak jenis serangga yang memilki reaksi positif
terhadap cahaya dan tertarik oleh sesuatu warna, misalnya oleh warna kuning
atau hijau. Beberapa jenis serangga diantaranya mempunyai ketertarikan
tersendiri terhadap suatu warna dan bau, misalnya terhadap warna-warna bunga.
Akan tetapi ada juga yang tidak menyukai bau tertentu (Natawigena, 1990).
d. Angin
Angin dapat berpengaruh secara
langsung terhadap kelembaban dan proses penguapan badan serangga dan juga
berperan besar dalam penyebaran suatu serangga dari tempat yang satu ke tempat
lainnya. Baik memiliki ukuran sayap besar maupun yang kecil, dapat membawa
beberapa ratus meter di udara bahkan ribuan kilometer (Natawigena, 1990).
e. Makanan
Tersedianya makanan baik kualitas
yang cocok maupun kualitas yang cukup bagi serangga, akan menyebabkan
meningkatnya populasi serangga dengan cepat. Sebaliknya apabila keadaan
kekurangan makanan, maka populasi serangga dapat menurun.
2. Faktor Biotik
Faktor biotik berupa predator,
parasit, potogen atau musuh-musuh alami bagi serangga dan Entomopatogen.
a. Predator
Predator yaitu binatang atau
serangga yang memangsa binatang atau serangga lain. Istilah predatisme adalah
suatu bentuk simbiosis dari dua individu yang salah satu diantara individu
tersebut menyerang atau memakan individu lainnya satu atau lebih spesies, untuk
kepentingan hidupnya yang dapat dilakukan dengan berulang-ulang. Individu yang
diserang disebut mangsa.
b. Parasit
Parasitisme adalah bentuk simbiosis
dari dua individu yang satu tinggal, berlindung atau maka di atau dari individu
lainnya yang disebut inang, selama hidupnya atau sebagian dari masa hidupnya.
Bagi parasit, inang adalah habitatnya sedangkan mangsa bagi predator bukan
merupakan habitatnya, selain itu pada
umumnya parasit memerlukan suatu individu inang bagi pertumbuhannya, apakah dalam jangka waktu sampai dewasa atau hanya sebagian dari stadia hidupnya, sedangkan predator memerlukan beberapa mangsa selama hidupnya. Predator pada umumnya lebih aktif dan mempunyai daur hidup yang lebih panjang, sedangkan parasit tidak banyak bergerak, agak menetap dan cenderung memiliki daur hidup yang pendek. Demikian pula ukuran tubuh predator lebih besar bila dibandingkan dengan mangsanya, sedangkan parasit pada umumnya memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil bila dibandingkan dengan inangnya (Natawigena, 1990).
umumnya parasit memerlukan suatu individu inang bagi pertumbuhannya, apakah dalam jangka waktu sampai dewasa atau hanya sebagian dari stadia hidupnya, sedangkan predator memerlukan beberapa mangsa selama hidupnya. Predator pada umumnya lebih aktif dan mempunyai daur hidup yang lebih panjang, sedangkan parasit tidak banyak bergerak, agak menetap dan cenderung memiliki daur hidup yang pendek. Demikian pula ukuran tubuh predator lebih besar bila dibandingkan dengan mangsanya, sedangkan parasit pada umumnya memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil bila dibandingkan dengan inangnya (Natawigena, 1990).
c.Patogen
Patogen adalah Mikroorganisme yang
dapat memnyebabkan infeksi dan menimbulkan penyakit terhadap OPT. Secara
spesifik mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit pada serangga disebut
entomopathogen, patogen berguna karena mematikan banyak jenis serangga hama
tanaman, seperti jamur, bakteri dan virus. Patogen yang bisa mengendalikan hama
dan penyakit disebut sebagai Pestisida Mikroba.
Entomopatogen dapat menimbulkan penyakit, meliputi
cendawan, bakteri, virus, nematoda atau hewan mikro lainnya yang dapat
mempengaruhi kehidupan serangga hama. Entomopatogen sudah mulai dikembangkan
sebagai pestisida alami untuk mengendalikan serangga hama. Sebagai contoh Bacillus
thuringiensis sudah diformulasikan dengan berbagai merek dagang. Bakteri
ini akan menginfeksi larva sehingga tidak mau makan dan akhirnya larva mati.
Demikian pula dengan cendawan sudah dikembangkan untuk mengendalikan serangga
hama, seperti Metarhizium anisopliae yang digunakan untuk
mengendalikan larva Oryctes rhinoceros.
Entomopatogen lain seperti virus Nuclear Po1yhidrosis Virus (NPV) yang
mempunyai prospek cukup baik untuk mengendalikan larva Lepidoptera, seperti
ulat grayak.
Parasit and Parasitoid
Parasit adalah organism yang hidup menumpang pada
inangnya yang berukuran lebih besar. Parasit mengambil makanan dari tubuh
inangnya, parasit juga dapat melemahkan inangnya dan membunuh inangnya,
Parasitoid adalah serangga yang memparasitisasi
serangga atau arhtropoda lainnya. Biasanya bersifat parasitic pada fase
immature dan hidup bebas ketika memasuki fase dewasa,. Pada umumnya, parasitoid
membunuh inang, namun dalam beberapa keadaan, inang bisa hidup dulu sebelum
mengalami kematian.
6 ordo serangga (86 families) berpotensi sebagai
parasitoid :
- -
Coleoptera
- -
Diptera (Tachinidae)
- -
Hymenoptera (Ichneumonidae, Braconidae dan Chalcidoidae)
- -
Lepidoptera
- -
Neuropteran
- -
Strepsiptera
Parasitoid juga melakukan penetrasi pada dinding tubuh
dan bertelur di dalam tubuh inang atau meletakkan telurnya di luar tubuh inang.
Kemudian dari telur tersebut menetas larva yang kemudian menetas dalam tubuh
inang.
Parasitoid umumnya digunakan sebagai agen biocontrol,
karena memiliki keuntungan sebagai berikut :
- Daya
survivalnya cukup baik
- Hanya memerlukan
satu (atau beberapa inang) untuk melengkapi perkembangan parasitoid
- Populasi
parasitoid bisa sustain pada jumlah inang yang sedikit.
- Kebanyakan
parasitoid memiliki kisaran inang yang sempit, seringkali menghasilkan
respon numeric yang baik terhadap kepadatan inang.
- Sedangkan
beberapa kekurangan penggunaan parasitoid, adalah sebagai berikut :
Kapasitas pencarian inang dapat berkurang dengan cepat
karena sangat dipengaruhi oleh suhu atau factor lainnya.
Hanya betina melakukan pencarian, dan seringkali pencari yang baik hanya menghasilkan sedikit telur.
Sinkronisasi juga merupakan suatu masalah sulit yang dihadapi parasitoid,. Untuk menjadi efektif, siklus hidup parasitoid harus bertepatan dekat dengan inangnya sebelum menjadi stabil dan terjadi supresi. Sinkronisasi bisa tergantung oleh beberapa kondisi lingkungan, yang menyebabkan parasitoid gagal untuk mengurangi jumlah inang secara signifikan.
Hanya betina melakukan pencarian, dan seringkali pencari yang baik hanya menghasilkan sedikit telur.
Sinkronisasi juga merupakan suatu masalah sulit yang dihadapi parasitoid,. Untuk menjadi efektif, siklus hidup parasitoid harus bertepatan dekat dengan inangnya sebelum menjadi stabil dan terjadi supresi. Sinkronisasi bisa tergantung oleh beberapa kondisi lingkungan, yang menyebabkan parasitoid gagal untuk mengurangi jumlah inang secara signifikan.
F Faktor
Makanan
Faktor makanan sangat penting bagi kehidupan serangga
hama. Keberadaan faktor makanan akan dipengaruhi oleh :
1.
Suhu
2.
Kelembaban
3.
Curah hujan
4. Tindakan manusia
Pada musim hujan, orang banyak menanam lahannya dengan
berbagai tanaman. Apabila semua faktor lain sangat mendukung perkembangan
serangga maka pertambahan populasi serangga akan sejalan dengan makin
bertambahnya makanan. Keadaan sebaliknya akan menurunkan populasi serangga
hama. Hubungan faktor makanan dengan populasi serangga itu disebut hubungan
bertautan padat atau density independent. Oleh karena itu faktor makanan
dapat digunakan untuk menekan populasi serangga hama, baik dalam bentuk tidak
memahami lahan pertanian dengan tanaman yang merupakan makanan serangga hama,
bisa juga menanami lahan pertanian dengan tanaman yang tidak disukai serangga
hama tertentu atau dengan tanaman resistens. Misal makin luasnya tanaman kelapa
akan meningkatkan, populasi Artona sp. Walaupun demikian Artona
lebih menyukai daun tua dan bukan daun muda yang baru terbuka ataupun daun yang
belum terbuka kurang disukai. Walang sangit hanya menghisap butir padi dalam
keadaan matang susu. Jelaslah tersedianya kualitas makanan dalam jumlah yang
memadai akan meningkatkan populasi hama dengan cepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkunjung ke blog saya. Berilah komentar yang sopan dan sesuai tatakrama orang Indonesia, terimakasih.